Home

Minggu, 30 Oktober 2011

Adhitya Praspa (12109968)


BAB 9
TEKNIS PENULISAN SURAT
MATERI :

9.3 BAHASA SURAT

          Surat merupakan salah satu produk komunikasi tulis yang penting. Pesan praktis berupa kabar atau berita tertulis umumnya disampaikan orang melalui surat. Kiranya keunggulan surat yang tidak dimiliki oleh alat komunikasi lisan, yaitu bukti berupa tulisan “hitam diatas putih” mengakibatkan orang harus memakai surat sebagai alat komunikasi.

9.3.1 Bahasa yang jelas

          Pesan yang akan disampaikan oleh pengirim kepada penerima akan efektif jika diungkapkan dengan bahasa yang jelas. Yang dimaksud bahasa yang jelas adalah bahasa yang tidak member peluang untuk ditafsirkan secara berbeda. Bahasa dikatakan jelas jika dua orang atau lebih mempunyai penafsiran yang sama tentang suatu maksud.

9.3.2 Bahasa yang Lugas

          Lugas dapat diartikan ‘sederhana’, bersahaja(simple),langsung pada permasalahan (straight to the point). Dalam bahasa inggris ada ungkapan lain yang maksudnya dapat disejajarkan dengan lugas, yaitu businesslike. Seperti diketahui, dalam dunia bisnis orang akan menginginkan segala sesuatu serba cepat dan serba praktis. Makna itulah dihimpun kedalam satu kata yaitu lugas.

9.3.3 Bahasa yang Umum

          Yang dimaksud dengan bahasa umum dalam pembahasan ini adalah bahasa resmi yang memasyarakat ; bahasa baku yang dipakai di depan umum. Selain strukturnya yang baku, cirri bahasa umum atau bahasa standar adalah harus bebas dari dialeg, slang, dan bahasa prokem.
          Kaidah bahasa surat, yaitu kaidah yang disepakati oleh pemakai bahasa surat dalam hal pemakaian kata/ungkapan khas surat-menyurat. Berikut ini contoh kata-kata dan ungkapan :
                   Bersama ini                             nota bene(N.B)
                   Dengan hormat                      salinan
                   Dengan ini                              terlampir
                   Dengan alamat(d.a.)              tembusan
                   Hal/perihal                             tertanda
                   Hormat kami/hormat saya   untuk perhatian(u.p.)
                   Lampiran                                untuk beliau(u.b.)
                   Melalui surat ini                    wasalam

          Selain kata-kata dan ungkapan khas tersebut diatas, kata-kata lain yang dipakai didalam surat resmi haruslah kata-kata yang tidak lazim dipakai dalam masyarakat. Gunakanlah kata-kata bahasa Indonesia; jangan gunakan kata atau istilah asing yang tidak lazim.


Senin, 10 Oktober 2011

Makhluk Asing Mengancam Danau Terindah di Jawa Tengah


Apakah kalian ada yang penah mendengar sebuah danau indah di Jawa Tengah bernama Rawa Pening? Rawa Pening, terletak di kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Danau yang indah ini dikelilingi beberapa gunung besar seperti Gunung Ungaran, Gunung Merbabu dan Gunung Telomoyo Ambarawa, adalah tanah kelahiran Papa ku. Sejak kecil setiap hari raya Lebaran, kami sekeluarga selalu mudik kesana. Desa tempat kelahiran Papa ini benar-benar terletak di tepi Rawa Pening, namanya adalah Desa Paren.

Rawa Pening Indah Pic
Agak sentimentil memang, tapi Rawa Pening yang indah ini memiliki semacam ikatan emosional dengan keluarga kami. Saat danau ini terancam, maka kami pun merasa panik. Seorang paman ku, yang bernama Pak Mandung, adalah satu-satunya di keluarga yang masih berprofesi sebagai nelayan di Ambarawa. Beliau adalah yang pertama kali mengemukakan kepada ku, bahwa ada makhluk berlendir yang berkembang biak dengan sangat cepat di Rawa Pening. Makhluk seperti Jelly ini diberi nama “Endol-Endol” oleh penduduk setempat. Diduga, makhluk ini bersifat toxic (beracun), karena bila terkena kulit akan menyebabkan iritasi dan bila terkena mata akan buram selama beberapa hari, dimakan ikan atau bebek pun mengakibatkan kematian. 


Endol2 Pic
Menurut Pak Mandung dan Pak Bas (nelayan setempat), endol-endol ini awalnya tidak ada. Makhluk ini mulai muncul dan berkembang sejak 7 tahun yang lalu dan sejak saat itu populasi ikan Nila (Oreochromis niloticus), ikan Wader Hijau (Rasbora argyrotaenia), ikan Sepat (Trichogaster trichopterus) menurun dan semakin sulit dicarinya, padahal ikan-ikan tersebut adalah ikan khas Rawa Pening. Bahkan Ikan Gabus (Channa striata) dan Keong asli Rawa Pening sudah tidak ada sama sekali (punah), serta udang-udang kecil hanya tinggal sedikit. Ikan yang mati dan diduga teracuni oleh endol-endol akan mengapung, berwarna putih pucat, dan saat dibelah isi perutnya kosong.

Ikan mati Pic
Memang belum tentu juga si endol-endol ini penyebabnya, namun jika dianalisis secara logika saja, dengan sifatnya yang beracun, endol menempel dan hidup dimana-mana di dalam ekosistem rawa. Udang dan ikan akan menaruh telur mereka di ganggang atau enceng gondok, kalau semua ganggang dan enceng ditempeli endol, maka mereka tidak bisa berkembang biak. Beberapa jenis ikan makan lumut yang ada di ganggang, kalau ganggang dipenuhi endol, mereka secara tidak sadar akan memakannya dan teracuni. 
Secara ilmiah, mungkin makhluk ini punya nama yang benar (bukan endol-endol) tapi sampai sekarang kami dan penduduk setempat belum tahu ini apa. Deskripsinya adalah: warna hijau bening kekuningan, tekstur seperti jelly dan berlendir, hidup bergerombol menempel pada ganggang, enceng, patok, jaring, keramba, dan lumpur di dasar rawa, di dalamnya ada makhluk kecil seperti cacing berwarna hitam yang bergerak-gerak. Kalau dilihat sekilas memang seperti Alien di film science fiction

Endol2 Zoom Pic
Masyarakat di sekitar Rawa Pening sudah melaporkan hal ini kepada dinas perikanan dan Pemda setempat, namun tindak lanjutnya tidak lah jelas. Berdasarkan pengakuan warga nelayan setempat, saat ada dana turun dari pusat untuk penelitian dan pengembangan, mereka pun berduyun-duyun ke rawa, foto sana sini, membuat laporan mengenai keadaan rawa (mungkin tentang endol-endol juga), namun setelah itu ya sudah, dana turun ke mereka dan permasalahan tidak ada satu pun yang terselesaikan. Kenapa mereka berani mengaku sebagai abdi masyarakat ya? Shame on you guys!
Eksposur media sebenarnya sudah mulai besar kepada Rawa Pening. Mereka juga datang berduyun-duyun membuat tayangan petualangan, wisata alam, wisata kuliner, menyoroti kehidupan warga miskin, bahkan tayangan berburu hantu. Tapi stasiun-stasiun TV ini tidak berusaha mengangkat mengenai rusaknya ekosistem Rawa Pening yang sebenarnya sangat membutuhkan penanganan cepat dan intensif. Kalau tidak segera ditangani bukanlah tidak mungkin, ikan-ikan di Rawa Pening akan punah dan warga sekitar akan kehilangan mata pencaharian. Bahkan nelayan setempat bisa berkata seperti ini “Ah, stasiun-stasiun TV itu, kesini cuma untuk kepentingan komersil, Mbak! Nggak ada yang peduli sama alam...”, bagaimana nih teman-teman praktisi media? Yang terburuk adalah, jikalau si endol-endol ini akhirnya memenuhi Rawa Pening, tidak akan lagi rawa indah dan asri. Yang tersisa mungkin hanya rawa keruh dan menjijikan dipenuhi makhluk berlendir.
Rawa Pening Pic
Kalau saja aku memiliki kemampuan untuk meneliti hama ini di laboratorium, pasti akan ku lakukan sendiri. Namun, sebagai mahasiswa komunikasi jurusan kehumasan, hal terbaik yang bisa ku lakukan untuk menyelamatkan Rawa Pening tercinta adalah menceritakan dan menjelaskan keadaan meresahkan ini kepada kalian. Tulisan ini dibuat dengan harapan ada pembaca yang tertarik dan memiliki kompetensi untuk meneliti makhluk ini. Harapan yang lebih besar lagi adalah, setelah diketahui dan diteliti akan ada solusi untuk membasmi dan menghentikan pertumbuhan makhluk ini di Rawa Pening. Apabila ada yang membaca tulisan ini (walaupun juga tidak berkompetensi dalam bidang perikanan), mohon di-forward-kan kepada teman-teman dan kolega yang dirasa bisa melakukan sesuatu terhadap masalah ini.

Terima kasih banyak telah membaca dan membantu ku menyelamatkan Rawa pening beserta nelayan-nelayannya.
Negeri kita indah, kawan… Mari lestarikan bersama!